Sepakbola pun Jadi Sastra

333634_lahan-sepak-bola-di-dki-jakarta_663_382
pic: metro.news.viva.co.id

SEPAKBOLA,  bukanlah olahraga semata. Banyak kisah yang bisa diceritakan di permainan ini. Mulai dari kisah yang bisa membuat kita menangis bahagia hingga kisah yang membuat kita menangis sedih. Sepakbola pun menginspirasi para sastrawan untuk membuat karya sastra tentangnya. Dari mulai sastrawan dalam negeri sampai luar negeri telah membuat sastra yang mengangkat tema tentang olahraga populer ini. Jenis sastra yang dibuatpun beragam, mulai dari cerpen sampai novel disuguhkan untuk para pecintanya.

Sastra pertama yang menceritakan tentang olahraga para pria ini masih tidak diketahui awalnya dimana,tapi dilansir panditfootball.com, sastra sepakbola sudah ada sejak  tahun 1963 dari pengarang termahsyur asal argentina  yaitu Jorge Luis Borges dan Adolfo Bioy Caseres. Mereka berdua membuat sebuah cerpen yang berjudul esse est percipi atau “Being is Being Perceived” . Cerpen tersebut menceritakan tentang penggemar sepakbola yang terkejut karena pertandingan olahraga yang ia dengarkan di radio hanya khayalan seseorang saja.

Dicatut fandomfootball.com, di Indonesia Sastra Sepakbola sudah ada  sejak 1981 yang dibuat oleh sastrawan kontemporer yang bernama Seno Gumira Ajidarma. Judul “Matinya Pemain Sepakbola” adalah karyanya yang dimuat di Harian Kompas. Mengisahkan tentang sisi lain yang menarik sekaligus kompleks dari Sepakbola. Berlatar kompetensi galatama, cerita ini dengan apik memperlihatkan penyakit persepakbolaan Indonesia yaitu mafia dan pengaturan skor.

Permainan sebelas lawan sebelas ini hadir juga di ranah  puisi. Sastrawan asal Tasikmalaya,  Acep Zamzam Noer pada tahun 2005 membuat sebuah puisi yang berjudul “Sepakbola”. Beliau mengambarkan sepakbola sebagai permainan yang menggembirakan dan bisa mengusir kesepian bagi setiap orang yang memainkannya.

Setelah cerpen dan puisi, hadirpula novel karya Zen Rs  yang bertemakan sepakbola.  “Jalan Lain ke Tulehu, Sepakbola dan Ingatan yang Mengejar”  merupakan  novel pertamanya yang mengangkat tema tentang sepakbola.Tak hanya itu, buku-buku sepakbola pada tahun 2000-an ini semakin menjamur. Diantaranya,  “Ketika Jemariku Menari” karya Bambang Pamungkas (2011), “El Classico” karya Richard Fitzpatrick (2012), “I am Zlatan” karya Zlatan Ibrahimovic (2011), “Persib Undercover”  karya Aqwam Fiazmi Hanifan (2012). (Rizal R.)

 

Leave a comment